Pidi Baiq – Dilan (Dia Adalah Pilihanku) 1990
ISBN: 978-602-7870-41-3
Harga: - (pinjam teman)
Total Halaman: 330 pages
Genre: Fiksi (Novel Remaja)
Tahun Terbit: 2014


Dapat buku ini hasil rekomendasi dari teman baik. Waktu saya liburan ke Bali dan menginap di kamar kosnya, dia kasih saya pinjam buku ini. Kata dia "coba baca buku ini deh, bagus, lucu ceritanya". Saya belum pernah melihat buku ini sebelumnya, tapi saya tahu sekilas tentang pengarangnya. Pidi Baiq memang dikenal sebagai pribadi yang humoris. Celotehan-celotehannya di media sosial banyak menuai tawa dan tak sedikit banyak orang men-share kembali tulisannya di media sosial sambil tak lupa memanggilnya 'surayah' ^^. Bahkan sampai dibuatkan bukunya tentang tweet-tweets Pidi Baiq. Pidi Baiq juga ternyata adalah seorang musisi yang sampai sekarang masih aktif di band-nya 'The Panasdalam'. Hampir semua orang tahu siapa The Panasdalam dan siapa Pidi Baiq. Tapi inilah pertama kalinya saya membaca novel yang ditulisnya sendiri. Tak banyak berharap. Saya hanya ingin tertawa ketika membaca isi novel ini. Dan ternyata benar, tertawalah saya.




Membaca novel ringan bertema remaja SMA seperti Dilan ini, mengingatkan saya pada masa-masa kejayaan novel Lupus. Yup, novel seperti itulah yang bisa dibaca siapa saja tak kenal sedang jamannya pasti semua orang suka.

Masa-masa SMA saya sudah berlalu hampir tujuh tahun yang lalu (tidak terasa) tapi dengan membaca novel ini saya bisa bernostalgia kembali ke masa itu. Masa-masa yang paling indah memang masa SMA ^^.

Ditambah latar belakang novel ini berseting kota Bandung di tahun 1990-an (saya baru lahir di bulan Desember tahun itu), yang akan menambah nuansa nostalgia pembacanya. Pidi Baiq yang memang orang Bandung dapat menggambarkan nuansa kota Bandung dikala itu dengan jelas. SMA putih-abu, murid pindahan dari Jakarta, geng motor dan tawuran yang memang sedang marak saat itu, dan selipan bahasa Sunda yang mudah dimengerti.


Namun yang paling menarik adalah gaya bicara yang digunakan oleh tokoh utama dalam buku ini, yaitu seorang pemuda SMA bernama Dilan. Yang dikisahkan sebagai seorang anggota geng motor di sekolahnya, namun jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Milea seorang murid pindahan dari Jakarta.

Cara bicara Dilan yang terkesan baku, jenaka dan terkadang puitis ini lama-kelamaan berhasil menarik perhatian Milea. Mungkin kita yang sudah dewasa ketika membacanya akan berpikir bahwa Dilan itu gombal atau hanya modus saja. Tapi itulah uniknya, bukankah masa-masa kita SMA juga seperti itu? ^^ Masih kekanakan dan labil, cuma bisa melontarkan rayuan-rayuan gombal saja.

Cerita novel ini dikisahkan dari sudut pandang tokoh utama wanitanya, Milea. Milea digambarkan sebagai murid pindahan yang supel, sedikit jutek, tapi pemberani. Menarik, karena penulis buku ini adalah seorang laki-laki namun menulis dari sudut pandang seorang wanita. Sentimen seorang wanita sangat terasa dalam buku ini, karena saya sendiri bisa memahami apa yang dirasakan Milea terhadap Dilan maupun perasaannya yang bimbang ditengah hubungannya dengan pacar lamanya. Semuanya itu merupakan kisah klasik, mudah untuk ditebak, tapi menyelusuri kisah Dilan dan Milea ini membawa nuansa baru yang lucu dan penuh canda tawa. Sungguh jenaka.


Beberapa halaman dari novel ini juga diselipi gambar-gambar ilustrasi hasil karya Pidi Baiq sendiri, begitu pun sampul depan buku ini. Dan dibagian akhirnya, cerita tentang Dilan dan Milea seperti sengaja dipotong begitu saja. Bukan akhir cerita yang dingiinkan pembaca, seperti ada unsur kesengajaan untuk menantikan seri Dilan 2 selanjutnya. Semoga saja memang ada kelanjutannya. :)

0 comments:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda