Spesial di Hari Buku Nasional tanggal 17 Mei 2013 ini saya akan review salah satu buku keluaran dalam negeri. Bukan buku cerita bukan pula buku novel apalagi buku gambar, ini adalah buku biografi mengenai salah satu tokoh penting bagi kemajuan kesenian Sunda khususnya angklung di tanah Priangan, Jawa Barat. Siapa lagi kalau bukan Udjo Ngalagena.

Sosoknya sudah tidak lagi dapat kita temui tapi kenangan dan prestasinya akan selalu kita ingat. Ke-eksstensi-an Mang Udjo yang tetap konsisten memajukan kesenian angklung ini dapat kita tiru terutama mengenai pemikiran-pemikirannya yang 'tidak biasa'.

Melalui buku ini kita dapat mengenali sosok Mang Udjo lebih dalam, menghampiri sisi Mang Udjo yang tidak pernah dilihat para pengunjung Saung Angklung Udjo. Mulai dari masa kanak-kanak, duduk di bangku sekolah, sampai berkeluarga. Jangan terkecoh dengan penampilan luarnya! :)



Dimulai dari asal mula Udjo belajar angklung pada Daeng Soetigna sampai membuat nada diatonis menjadi pentatonis sehingga mudah memainkan lagu-lagu bernada do-re-mi. Membentuk 'saung' tempat kesenian di rumahnya bersama sang istri. Mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada ke-sepuluh anak-anaknya dengan cara yang tidak biasa 'khas Udjo'. Hingga meluaskan kesenian angklung Saung Mang Udjo ke kancah dunia internasional. Tentu semua yang diraih oleh Mang Udjo merupakan hasil dari campur tangan banyak pihak, namun kerja keras dan disiplin yang Mang Udjo terapkan nampak membuahkan hasil manis hingga ke cucu cicitnya.

Salah satu faktor yang menjadi kunci suksesnya Mang Udjo adalah kecintaan-nya terhadan dunia mengajar dan seni. Selain mengajarkan kesenian angklung, beliau juga engajarkan ilmu dasar seperti berhitung matematika kepada anak-anaknya dan juga mengajar anak-anak di lingkungan sekitarnya untuk memanfaatkan waktu luang mereka dengan belajar kesenian.

Sampai sekarang pola seperti itu masih di terapkan di Saung Angklung Udjo, dimana anak-anak yang bermain pertunjukkan angklung adalah mereka yang berasal dari warga sekitar saung. Sehingga kehidupan saung merupakan kemajuan ekonomi masyarakat sekitar.

Selain makna hidup yang diemban oleh sosok Udjo Ngalagena, di buku ini juga ditampilkan catatan-catatan dari tulisan Udjo sendiri yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Sunda namun disertakan juga terjemahannya. Juga ada cuplikan-cuplikan dokumentasi berupa foto-foto Udjo dan keluarga sebagai tambahan keterangan.

Jujur selama lahir dan tumbuh besar di Bandung, saya mengunjungi Saung Angklung Udjo baru di umur 19-an ketika di bangku kuliah. Padahal rumah saya dan lokasi Saung Angklung Udjo tidak begitu jauh. Oleh karena itu saya tidak begitu mengenal sosok Mang Udjo, tapi setelah membaca buku ini saya mengerti dan semakin mencintai budaya Sunda. Dari catatan-catatan yang dilampirkan di buku ini, jelas terlihat bahwa Mang Udjo Ngalagena adalah seorang pemikir dan suka menulis. :)

My favorite quotes:
"Barang bapa barang anak,
Tapi barang anak bukan barang bapa."

"Anak-anak tidak boleh menderita karena orangtuanya."

"Makin banyak ngomong makin terselip perkataan dusta
Paling tidak makin banyak terseleo loba tisoledat."

0 comments:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda