Novel Botchan menceritakan tentang kehidupan seorang guru muda di sebuah desa terpencil. Diceritakan, Botchan, panggilan akrab gutu itu, merupaka pria yang memiliki sifat nakal dan sangat ceroboh di waktu kecilnya. Ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya rasa sayang kedua orangtuanya terhadap dirinya. Hanya Kiyo, pelayan setia sekeluarganya yang menyayanginya dengan tulus, bahkan kadang terlihat sangat berlebihan dalam menunjukkan kasih sayangnya.

Semenjak orangtuanya meninggal, Botchan tinggal bersama dengan Kiyo. Sampai dengan akhirnya dia memutuskan untuk menjadi gurudi daerah terpencil. Botchan yang telah terbiasa dengan kasih sayang Kiyo, terpaksa harus berpisah dengan orang yang selama ini telah dianggap seperti ibunya sendiri. Namun, karena tekadnya yang kuat, tidak ada yang bisa menghalanginya untuk pergi menjadi guru di desa terpencil itu.

Sesampainya di desa tempat dia akan mengajar, Botchan telah merasakan banyaknya kebiasaan penduduk desa berbeda jauh dengan kebiasaannya di kota, mulai dari cara bicara, kebiasaan bersikap, sampai dengan biaya hidup. Botchan yang memang memiliki sikap acuh tak acuh, tetap menerapkan kebiasaannya di kota, yang berujung pada seringnya ia diledek oleh penduduk desa, bahkan oleh muridnya sendiri.

Tidak hanya itu saja, Botchan pun tidak merasa nyaman dengan rekan-rekan guru di sekolah tempat dia mengajar, kecuali dengan Hotta. Hotta merupakan seorang guru L2 olahraga dengan perawakan besar, dan sifat yang hampir sama dengan Botchan dalam hal keberanian. Oleh karena itulah, Botchan, merasa nyaman berteman dengan Hotta.

Berbagai macam kejadian dialami oleh Botchan di desa terpencil itu, dan sebagian besar merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan baginya. Akhirnya, karena merasa sama-sama tidak cocok tinggal di desa itu, Botchan dan Hotta, yang memiliki kesamaan visi merencanakan untuk mengundurkan diri dari tempatnya mengajar dan keluar dari desa itu untuk kembali ke kampung halaman masing-masing.


Udah lama lihat buku ini nangkring di rak buku barisan Novel di Gramedia, tapi sejak dulu selalu gagal buat beli. Sinopsisnya memang menjanjikan tapi tidak terlalu menarik hati. Sampai akhirnya dikeluarkan versi revisi dengan cover buku yang berbeda. Perubahan ini menunjukkan bahwa buku ini masih memiliki permintaan yang tinggi sehingga dibuat versi cetakan revisi. Baiklah, kali ini saya harus mencoba membacanya.

Ketika mulai membaca buku ini, saya tiba-tiba teringat novel The Catcher in The Rye karya J. D. Salinger yang berisi keluhan seorang pemuda yang bahkan akan mengesalkan yang membacanya.

Karena ini adalah novel modern klasik dari zaman Jepang, jadi sang Penulis mengedepankan tema pembangkangan. Seorang guru muda yang seharusnya memberikan suri tauladan kepada murid-muridnya malah bersikap kekanak-kanakan dan terkesan penuh pemberontakan. Botchan sejak kecil orangnya tidak mau diatur, mungkin karena Botchan kurang kasih sayang. Kondisi masa kecil seseorang sedikit banyaknya akan memengaruhi masa depan orang tersebut. Begitu pula halnya yang terjadi pada Botchan.


Untung Botchan masih memiliki Kiyo yang selalu melihat sisi positif dari setiap kenakalan Botchan dan memberikan bantuan pada anak super nakal itu, juga Hotta yang meskipun sama-sama keras kepala namun masih memiliki hati yang baik.


"Kemana pun kita pergi, kita akan selalu menemukan orang-orang munafik berhati licik.
Seperti si Kemeja Merah atau Si Badut yang berhati licik dan mementingkan keuntungan pribadi.
Walaupun kita sama-sama manusia tidak sempurna, tapi kita masih punya hati yang baik.
Walaupun kadang kita terlalu jengah dengan peraturan yang ada,
sebisa mungkin kita tidak ingin merugikan orang lain."

0 comments:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda