ISBN: 978-979-22-8900-8
Price: Rp 55.000,-
Total Halaman: 448 Halaman
Genre: Novel Fiksi
Tahun Terbit: Januari 2013 (Cetakan Ketujuh)
Penerbit: Gramedia

Sinopsis:

Pada tanggal 21 Juni 1977, kapal barang Tsimtsum berlayar dari Madras menuju Canada. Pada tanggal 2 Juli, kapal itu tenggelam di Samudra Pasifik. Hanya ada satu sekoci berhasil diturunkan, membawa penumpang seekor Hyena, seekor Zebra yang kakinya patah, seekor Orangutan betina, seekor Harimau Royal Bengal seberat 225 kilogram, dan Pi—anak lelaki India berusia 16 tahun.

Selama lebih dari tujuh bulan sekoci itu terombang-ambing di Samudra Pasifik yang biru dan ganas. Di samudra inilah sebagian kisah pi berlangsung. Kisah yang luar biasa, penuh keajaiban, dan seperti ucapan salah satu tokoh di dalamnya, kisah ini akan membuat orang percaya pada Tuhan.



“Life is a story... You can choose your story... A story with God is the better story.”

Itulah tema besar yang menjadi dasar penulisan Yann Martel dalam novel ini. Butuh waktu cukup lama bagi saya untuk menyelesaikan novel ini. Pertama kali memiliki buku ini di tahun 2013 dan (akhirnya) berhasil menyelesaikan buku ini di akhir bulan September kemarin. ^^

Alasan membeli buku ini pun cukup lucu, karena saya sama sekali belum pernah menonton filmnya jadi apa salahnya baca dulu bukunya baru kemudian menonton filmnya. Atas dasar pembelian impulsif itulah akhirnya buku ini masuk kedalam koleksi perpustakaan pribadi saya.

Tanpa tau apa-apa, tanpa pernah memnonton filmnya atau membaca review mengenai buku dan filmnya, saya mulai membaca buku ini. Bagian awal buku ini sangat menarik, membicarakan mengenai bagaimana sang penulis menemukan tuan Piscine Moliter Patel dan mengulas mengenai agama dan kepercayaan yang dianut oleh tuan Pi. Di bagian kedualah saya mulai merasa kehilangan arah. Saat cerita mulai mengarah kepada petualangan Pi yang terdampar di tengah Samudra Pasifik bersama ‘kebun binatang kecil’ yang tanpa sengaja ikut kedalam sekoci kapal Tsimtsum, cerita mulai sedikit membosankan. Well, mungkin bagi saya waktu itu terasa membosankan. Tapi setelah lama berselang, muncul keinginan untuk menamatkan buku ini secepatnya. Alasan utamanya adalah supaya buku ini tidak muncul terus di list ‘currently reading’ akun Goodreads saya. ^^


Supaya lebih afdol saya mulai membaca buku ini kembali dari halaman awal. Sedikit demi sedikit maju satu halaman demi halaman sampai halaman terakhir. Pada akhirnya saya sangat puas dengan novel ini. Daaaan bagian terbaiknya adalah saya percaya sepenuhnya bahwa ini adalah cerita yang diambil dari kisah nyata! Sampai hari ini ketika saya mencari bahan untuk menuliskan review buku ini, dan pada akhirnya tau bahwa ini hanyalah kisah fiktif belaka! Well, good job Mr. Martel! He really deserves all the awards. J

Mengetahui bahwa Life of Pi adalah novel fiksi, saya mulai mengagumi cara penyampaian Yann Martel dalam novel ini. Dengan kepiawaiannya, Yann Martel berhasil ‘membalikkan keadaan’ dengan ‘mengemas’ novel fiksi dalam ‘kemasan’ non-fiksi. Dengan polosnya, saya percaya bahwa dalam buku ini Yann Martel benar-benar sedang mewawancarai Mr. Pi Patel untuk mengisahkan kembali petualangan liarnya mengarungi Samudra Pasifik bersama seekor Harimau Bengal. Dan dengan bodohnya saya percaya bahwa Mr. Pi Patel berhasil menjinakkan Harimau Bengal bernama Richard Parker. Sampai pada bagian ter-fiktif-nya pun saya percaya, yaitu pada saat Pi dan Richard Parker menemukan ‘pulau’ karnivor yang dilihat dari segi non-fiksi pun sangatlah tidak mungkin. Tapi apa yang bisa menjamin bahwa hal tersebut tidak mungkin di tengah Samudra Pasifik. Memangnya ada yang pernah membuktikannya? Toh semua yang dipaparkan Mr. Pi Patel sangatlah terdengar masuk akal. Sekali lagi, saya merasa ‘ditipu’ dengan cara yang sangat menyenangkan.

Terlepas dari nyata atau tidaknya kisah Life of Pi, pada akhirnya membaca adalah suatu ‘perjalanan’ dan proses menggali pengalaman. Baik itu kisah fiksi atau non-fiksi pada akhirnya semua itu akan menjadi suatu ‘ilmu’ bagi para pembacanya. Dan menurut saya, suatu buku bisa dikatakan berhasil bila kisahnya membekas di hati para pembacanya. Dan Life of Pi adalah salah satunya. J

Pengalaman spiritual bisa diperoleh dimana saja. Bagi saya, kebanyakan dari pengalaman itu saya dapatkan dari membaca buku.


“If you stumble at mere believability, what are you living for?”

0 comments:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda