Ia mengiringimu, menyetia dalam diam.
Kadang, kau menantinya, menunggu kedatangannya.
Tak jarang, kau memaki, mengutuk kepergiannya.
Namun, ia masih mengiringimu, menyetia dalam diam.
Begitulah cinta seperti seharusnya. Seperti hari-hari yang menampung keluh kesah, membangun keabadian, mencipta sejarah dalam kenangan.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu.
Ia menyetia. Menyertamu dalam luka, juga bahagia.
Menuju(h) adalah kolaborasi tujuh penulis muda, berbagi cerita tentang hari-hri yang menyetia.
Ini adalah novel karya penulis Indonesia pertama yang saya beli dan saya baca di awal tahun 2013 ini. Berhasil terpengaruh dari tweet-tweet-an nya Ka Dea dan Ka Theo akhirnya saya mutusin harus baca novel ini. Bukan bermaksud untuk bersikap skeptis, tapi di satu masa saya pernah ilfill sama novel Indonesia. Ketika genre teenlit lagi booming-booming-nya saya pernah baca satu novel yang sangat (sorry to say) childish dan bertele-tele di kisah seputar cinta monyet yang udah kebaca alur dan endingnya. Sejak itu saya ilfil sama novel Indonesia dan beralih menjadi penggemar novel terjemahan.
Well, novel ini membuktikan bahwa masih ada (banyak) penulis-penulis Indonesia yang mampu menciptakan bacaan berkualitas yang ga cuma menjual tema dan alur cerita yang biasa.
Buku Menuju(h) ini merangkum tujuh cerita tentang hari mulai dari hari Senin sampai Minggu yang masing-masing ditulis oleh tujuh penulis berbeda. Setiap hari punya cerita yang berbeda, konyol, lucu, sedih, menyebalkan, mengharukan, membingungkan, dan patah hati. Ketujuh penulis ini menawarkan sesuatu yang berbeda dan fresh yang layak diperhatikan.
Para Penulis Menuju(h) |
Setiap hari di buku ini memiliki dua sisi cerita yang saling berkaitan. Bagai mata uang yang memiliki dua sisi, setiap cerita ditulis dalam dua sudut pandang yang berbeda dengan satu benang merah yang sama: satu hari dalam satu minggu.
Diawali dengan cerita di hari Senin ala Aan Syafrani yang berhasil mengukir senyum lebar di bibir saya ketika membacanya. Seru, konyol, fulgar mungkin itulah tiga kata yang cocok untuk menggambarkan cerita "Seninku Selingkuh" dan "Seninmu Kuselingi" yang berpusat pada satu tokoh seorang womanizer ini. Ditulis dengan gaya anak muda dan mengangkat cerita yang sering dialami oleh anak muda zaman sekarang, Aan Syafrani berhasil mengawali minggu saya dengan Senin yang ceria.
Setelah ketawa-ketiwi di hari Senin, Theorisia Rumthe menyuguhkan cerita yang sedikit kelam. Genre yang diusung oleh Theo mungkin berbeda dari yang biasanya kita baca, tapi setelah baca dari awal sampe akhir kita akan tau makna yang ingin disampaikan oleh Theo. Sedikit dramatis, kelam, dan berat namun dalam satu minggu adakalanya kita juga mengalami hari galau kaaaaan. Dari dua cerita bertajuk "Hari Ketika Hujan Mati" dan "Sebelum Hari Hujan Mati" ini saya tebak Theo suka banget sama hujan atau malah kebalikannya yaa. Hujan memang menjadi sumber inspirasi bagi banyak penulis dan di minggu ini hujan turun di hari Selasa.
Pernah mengalami bad day? Di minggu ini hari buruk terjadi di hari Rabu. Setidaknya itulah yang dialami tokoh utama di cerita "Haru Biru Kelabu" dan "Baru Hari Rabu" karya Iru Irawan. Cerita yang ringan dan melayang dikemas dengan gaya cerita yang gaul membuat karya Iru ini dekat dengan keseharian kita. Butuh ide untuk menulis? Coba liat tweet-tweet-an kamu di micro blog twitter land, siapa tau dari satu dua kalimat di sana muncul ide brilliant. :)
Salah seorang yang mengusung hari Kamis adalah hari keseimbangan adalah Sundea dan saya sempet kira kalo yang bakal nulis cerita di hari Kamis adalah Dea eh tapi ternyata tebakan saya salah. Valiant Budi lah yang ternyata jadi penulis di hari keseimbangan. Cerita yang ditulisnya sangat unik dan beda dengan tema yang jarang dipakai penulis lain. Dua ceritanya "Kamis: Puk! Puk!" dan "Simak! Kup! Kup!" mengangkat tema kejahatan dengan modus hipnotis yang belakangan memang sedang marak dipraktekan para penjahat komplek. Cerita yang miris namun diselingi dengan humor yang pas membuat cerita ini cukup menyadarkan saya bahwa ada cerita dibalik setiap modus dan semakin kreatif modus yang dipakai para penjahat jaman sekarang.
Hari Jumat diisi dengan dua cerita karya Mahir Pradana "Follow Friday" dan "Moon Liner" yang berbeda latar cerita namun satu tokoh pengikat, Safir. Diantara seminggu penuh cerita, cerita di hari Jumat adalah favorite saya. Dimulai dengan Safir sebagai seorang penulis artikel yang diceritakan dari sudut pandang bosnya. Dilanjutkan dengan Safir sebagai seorang mahasiswa lanjutan di Swiss yang akhirnya bertemu soulmate-nya di sana. Khususnya di cerita kedua dimana Mahir menulisnya dengan cara yang romantis dan sedikit gombal namun berhasil memikat hati saya. :) Sungguh.
"Ke Mana Sabtu Pergi?" dan "Ke Sana Sabtu Pergi" adalah dua cerita yang ditulis Sundea di hari Sabtu. Ceritanya sangat ringan dan melayang. Yang tidak terbiasa dengan tulisan Dea mungkin akan sedikit skeptis karena di sini (lagi-lagi) Dea mengangkat cerita yang ringan dan ada di sekitar kita. Hal-hal kecil yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Tapi setelah baca tulisan-tulisannya Dea saya jadi melihat dunia dalam sudut pandang yang berbeda. Seperti melihat dengan kaca pembesar. Mendetail. Melihat lebih dalam dan berusaha mengerti dunia sekeliling kita. Take a deeper look.
Maradilla Syachridar membawakan dua cerita serunya bertema cinta "Solo Stranger" dan "Solo Stalker" di hari terakhir, hari Minggu. Lagi-lagi dua sudut pandang yang berbeda namun satu cerita. Seperti meneliti dua sisi mata uang namun di akhir cerita kita dapat keduanya, dalam satu genggaman. Ini pertamakalinya saya baca karya Maradilla dan saya kagum. Cerita yang seru, romantis, namun akhir yang miris. Kadang happy ending terlalu mainstream untuk hari Minggu. Cerita favorite kedua. :) Setelah hujan, mungkin teh adalah sumber inspirasi terbesar para penulis dan Maradilla sepertinya suka teh, atau tidak.
So far, buku ini jadi salah satu pilihan seru buat baca buku karya penulis Indonesia. Total 14 cerita dengan 7 penulis menambah kekayaan konten novel ini dan kemasan bukunya yang unik jadi nilai tambah buat jadi penghuni baru rak buku kamu. :)
Rate: 3.5/5
Ssssttt.... mau tau cara seru baca buku ini? Bacalah pelan-pelan dan berurutan sesuai harinya. Tiap hari tiap cerita dan kamu akan punya satu minggu penuh cerita dan beragam warna. Karena Menuju(h) adalah hari-hari yang bercerita. :)
I'm not just worried, I'm scared shitless. I'm scared I can't fulfill my potential, I'm scared I can't goofing around anymore, I'm scared that I don't have enough chance. I'm scared by being whiplashed between my dreams and the grip on reality. I'm scared that I have to work with stupid people, I'm scared to the fact that I can't gain more height, I'm scared by the growing number of spider as a pet around the world, I'm scared because I'm still a simpleton with a narrow view of casuality and reason, and the truth is, I'm still scared right now. A lot.
Find the authors here: Aan Syafrani, Iru Irawan, Mahir Pradana, Maradilla Syachridar, Sundea, Theoresia Rumthe, Valiant Budi
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar